22 Desember 2008

SEPATU DAN KEPALA NEGARA

sepatu oh sepatu....!

Sebuah benda nyata yang punya fungsi jelas, digunakan sebagai alas kaki. Ternyata sepatu bisa menjadi urusan negara, sepatu bisa membawa orang bertamasya melalui persidangan dan mendekam di penjara. Begitulah perjalanan Mutazar al-Zaidi.

Pekerjaan al-Zaidi mungkin belakangan ini terlalu overload. Seandainya dia konsisten dengan pekerjaan yang sejenis dan fokus menekuninya, mungkin kariernya tidak akan segemilang ini. Coba bayangkan jika ia tidak beranjak dari pekerjaan sebagai kuli disket (sekarang mungkin kuli flash disk kali ya), maka ia tidak akan mendapatkan berkah berupa ketenaran seperti sekarang ini.

Berawal dari inisiatifnya yang bagus dalam memperluas pekerjaannya, dari menjadi wartawan sampai pada nyambi menjadi pelempar sepatu. Jika kita pikir lagi, hal yang tidak nyambung, secara asosiatif bisa menjadi sebuah kreasi besar. Merupakan kombinasi yang apik antara pengais dan pelapor berita dengan pelempar sepatu.

Alih profesi (atau nyambi profesi lebih tepatnya) menjadi pelempar sepatu mulai ditekuni semenjak dia berhadapan dengan calon partner bisnisnya. Tidak tanggung-tanggung, ia memilih presiden Amerika Serikat, George Warrior Bush sebagai rekanannya.

Runut sejarah, Bush ternyata adalah kepala negara. Pada frasa "kepala negara" terdapat kata "kepala" yang pada kenyataannya merupakan bagian tubuh bagian atas dari manusia. Di situ terdapat rambut yang katanya disebut sebagai mahkota (oleh wanita) dan ada otak yang juga merupakan organ paling vital (bukannya organ vital itu....). Berdasarkan letak dan fungsinya yang terhormat, maka di beberapa budaya ditabukan untuk memegang, menjendul, atau menonjok kepala, apalagi melempar sepatu kepadanya. Nah, kebetulan yang mengalami pelemparan kepala tersebut juga sekaligus kepala negara. Luar biasa.

Pelemparan kepala Bush oleh al-Zaidi akhirnya juga melibatkan banyak orang dan dua negara karena telah diketahui oleh halayak. Mungkin jika pelemparan itu dilakukan di WC, maka Bush tidak bisa apa-apa, selain ngeden menahan rasa sakit dan ngeden yang lainnya.

Sepatu letaknya di bawah, berfungsi untuk alas kaki. Bagaimana jika dua buah sepatu secara bergantian melayang menuju kepada kepala dari kepala negara? Itulah yang menarik. Sebenarnya itu bisa menjadi versional jika dilihat dari dua sisi, sisi si pelempar sepatu dan sisi si kepala peresiden.

Sebenarnya tindakan tersebut merupakan perilaku yang tidak wajar. George Bush pun akan sepakat dengan ini, termasuk al-Zaidi sendiri. ya bagaimana mungkin sepatu bisa melayang dan menuju ke kepala. Di sepak bola saja ini sudah termasuk pelanggaran. Bedanya, di sepakbola karena ada kesepakatan yang jelas tentang aturan ini. Coba, Bush dan al-Zaidi menyepakati ini dulu, mungkin keduanya akan fine.

Hal ini akan bertahan dalam ketidakwajaran ketika Bush (mungkin bacanya Amerika Serikat) perilakunya sama dengan pengawal presiden yang berusaha menyelamatkan mukanya karena itu sudah tugasnya (baca jobdesc). Kalau tidak, maka mereka bisa dipecat tentunya. Tindakan mekanis yang sepatutnya tidak ditanggapi atau ditiru secara mekanis pula. Mudah-mudahan Bush bisa mendengar apa yang dikatakan al-Zaidi sehingga kesepakatan bia dibuat kembali seperti proses terbentuknya aturan dalam permainan bola.

Karena sebenarnya tindakan al-Zaidi yang berusaha merukunkan kepala dan sepatu itu menjadi rasional ketika ada jembatannya. Apa jembatan antara kepala dan kaki? Hati, hati adalah jawabannya. Hati al-Zaidi telah menggerakkan dia untuk mendialogkan sepatu dan kepala, kaki dan kepala negara.


Rudi Cahyono

06 Desember 2008

TRANSFORMASI CINTA

Ini adalah hari kedua setelah malam pertama diisi dengan kegiatan santai. Sebuah acara pelatihan untuk organisasi mahasiswa yang dinamai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Penalaran. Organisasi ini merupakan kumpulan dari mahasiswa yang menykai pergulatan dengan pemikiran, membuat karya tulis, program pengajian keilmuwan dan diskusi.


Seperti halnya hari ini, pelatihan diadakan sebagai penyambutan atau upacara inisiasi buat anggota baru, diselenggarakan di Batu 28-30 November 2008. Pelatihan semacam ini (yang biasa disebut dengan pendidikan latihan atau diklat) memang selalu diadakan setiap tahun ketika menerima anggota baru. Minggu pagi ini juga ada sekitar 60 orang peserta yang mengikuti materi hari ini.


Yang akan diceritakan kali ini adalah bagian transformasi cinta. Sesi ini merupakan amanat dari para senior organisasi yang menginginkan anak buahnya memiliki integritas dan mencitai organisasi.


Sebagai penyenang dan penyemangat awal, para peserta yang memang sudah dikelompokkan pada sesi sebelumnya, diajak untuk berpose di depan kamera. Tiap kelompok berhak untuk membentuk formasi dan bergaya yang seseru mungkin. Mereka diberikan kesempatan berfoto tiga kali yang kemudian dipilih salah satunya. Foto yang mereka pilih dicetak di kertas.


Focus dikembalikan kepada sesi inti. Sebagai stimulus awal, peserta diajak membiacarakan tentang organisasinya dan hubungan mereka dengan organisasi. Setiap peserta diajak untuk membayangkan benda, lokasi dan suasana yang menarik buat mereka. Berbagai hal atau benda bisa dibayangkan, bahkan imajinasipun tidak dilarang. Setelah membayangkan banyak hal, dibagikan kertas buat mereka, masing-masing satu lembar. Peserta diminta memilih salah satu benda, suasana atau keadaan yang menurut mereka mencerminkan organisasi mereka. Dibuatlah gambarnya di kertas. Peserta dikelompokkan dan tiap orang bercerita di dalam kelompoknya. Banyak cerita-cerita menarik yang muncul tentang analogi atau metaphor dari UKM Penalaran.


Sebagai tambahan, peserta diminta melipat kertasnya dua kali, sehingga membentuk dua garis yang saling tegak lurus berpotongan di tengah kertas. Peserta mengamati posisi gambarnya terhadap garis yang berpotongan. Ada yang tidak memotong sama sekali, kecil di bagian pojok kertas, namun ada juga yang tepat di tengah dan gambarnya cukup besar. Hal ini hanya sebagai tambahan yang menggambarkan tingkat intensi setiap anggota organisasi terhadap organisasinya. Atau lebih mudahnya disebut sebagai tingkat partisipasi atau keterlibatan. Semakin ke tengah atau memotong persilangan garis, tingkat kepecayaan diri anggota untuk terlibat dalam organisasi cukup besar.


Kembali kertas dibagikan untuk masing-masing orang. Sekarang tiap peserta diajak untuk membayangkan pengalaman masing-masing tentang kasmaran dan jatuh cinta. Kecintaan terhadap istri atau suami, pacar atau teman dibayangkan sampai detil. Dalam waktu satu menit, peserta diberikan kesempatan untuk mendaftar kata-kata kunci yang menggambarkan perasaan atau pikirannya tentang kasmaran.


Kembali ke dalam kelompok. Semua kata kunci yang didapat oleh kelompok, dipilih 10 kata yang paling menarik, menginspirasi atau menggairahkan.


Foto tiap kelompok yang sudah dicetak dibagikan. Dengan kertas manila, foto itu boleh ditempel dan dihias. Foto tersebut adalah gambaran organisasi. Cerita tentang organisasi muncul dari foto tersebut. Setiap kelompok mengobrolkan cerita-cerita tentang organisasi berdasarkan foto. Hasil dari sharing dituangkan dalam berbagai bentuk, bisa puisi, kata mutiara, motto, slogan, lagu atau akronim. Penuangannya dengan memanfaatkan 10 kata terpilih yang berhubungan dengan kasmaran atau jatuh cinta.


Hasilnya bermacam-macam, gambara tentang organisasi yang penuh cinta, guyub, saling toleran, saling mendukung, produktif, kompetitif dan sebagainya.


Pada akhirnya peserta menyimpulkan tentang kecintaannya terhadap organisasi dan fasilitasi transformasi cinta organisasi berhasil dilakukan.


Rudi Cahyono

04 Desember 2008

Kebebasan Bermain dengan Kenyataan

Oposisi biner adalah biang keladinya. Kaya-miskin, sehat-sakit, hidup-mati dan sebagainya telah menghilangkan dua pasang konstruk tersebut sebagai keadaan yang gradatif. Semua pilihan seolah terpojok dalam dua wilayah yang mereduksi banyak pilihan yang lain. Sepertinya tidak ada keadaan di luar kaya dan miskin, sehat dan sakit, hidup dan mati.

KONSTRUKSI ACAK
Berbagai keadaan yang akhirnya didikotomikan sebenarnya adalah konstruksi acak yang tidak lebih dari kemungkinan keadaan yang juga punya kesempatan sama untuk terjadi. Label-label keadaan tersebut punya fungsi ganda yang melahirkan rasa. Kemiskinan bisa melahirkan rasa miskin atau sebaliknya sebuah perasaan diidentifikasi sebagai rasa dari kemiskinan. Rasa itu bisa jadi sedih, resah, marah dan sebagainya. Jika perasaan itu sebagai pengiring atau keadaan yang kemudian diidentifikasi sebagai (dampak) kemiskinan, maka rasa bahagia, senang, bersuka cita juga mempunyai kemungkinan yang sama untuk mengiringi atau menjadi dampak dari kemiskinan, demikian juga dengan keadaan kaya.

DIKOTOMI SEBAGAI PARADOKS
Sesungguhnya dua keadaan yang berlawanan tersebut sebenarnya terdapat di antara satu sama lainnya. Hal ini melebihi dari sekedar pameo, "orang sakit yang mengetahui betapa nikmatnya sehat", "orang yang menerima kemiskinan apa adanya adalah orang yang paling kaya", atau "mati adalah titik awal dari kehidupan" dan sebagainya. Kenapa demikian? karena orang sakit dapat memilih rasa dari keadaannya sebagai kesehatan. Begitu juga dengan kemiskinan yang diterima sebagai kekayaan.

PILIHAN (TER)KONSTRUK(SI)TIF
Karena setiap keadaan mempunyai peluang yang sama, maka pasangan antara keadaan dan rasa juga bisa dilakukan secara acak menurut konstruksi yang diinginkan. Kemisiknan (misalnya), tidak hanya bisa dipasangkan dengan kesedihan, tetapi mungkin juga dipasangkan dengan kebahagiaan. Hal ini yang mungkin menjadikan kematian sebagai energi hidup bagi orang-orang tertentu.

PERKAYA PILIHAN
Dalam satu kata yang menunjukkan keadaan saja masih didapati banyak pilihan, apalagi pasangan antara keadaan dan rasa yang ditimbulkannya. Selain kemiskinan yang diterima sebagai kekayaan, rasa antara miskin dan bahagia juga bisa dipasangkan secara sembarang. Hal ini memang tidak mudah bagi semua orang. Diperlukan kerja simultan antara pikiran, perasaan dan tindakan nyata yang menguatkan sebagai tanggapan yang mengada atas sebuah keadaan.
Setiap orang berhak mempersepsi, merasakan dan memasangkan keadaan apapun menurut seleranya. Jadi, apa yang dikatakan oleh Tong Sam Chong dengan kosong adalah isi dan isi adalah kosong bukan bualan kosong belaka, tetapi memang benar-benar ada.

by Rudi Cahyono
http://rudolphcahay.blogdrive.com/

25 Oktober 2008

KisAh bOLa bEkeL

Sebuah percakapan kecil dengan teman (Yanta) di sebuah kantor di hari libur:

Aku : Kamu bisa main bola bekel?
Yanta : Nggak bisa. Dari dulu aku nggak bisa main bekel. Ngglundhung terus…
Aku : Terus kalau ada orang yang ngasih kamu bola bekel, gmana?
Yanta : Ya, aku buat maenan sendiri. Buat lempar-lemparan ajah. Kalau kamu mas?
Aku : Yah, mungkin sama ajah.

Yak, kita seringkali merasa bahwa dunia yang kita lingkupi selalu penuh dengan aturan yang harus diikuti. Seperti dalam permainan bola bekel, bola menggelinding atau terlepas artinya kalah. Sebagian orang sangat mahir bermain bola bekel, sebagian lain tidak. Bagi yang tidak bisa bermain bekel tentunya bola bekel bisa menjadi beban (cost) atau menjadi sumber daya (source). Tergantung bagaimana dia beraksi dengan bola tersebut. Jika bola itu hanya dibiarkan saja, otomatis akan memakan tempat (space) dan berakhir menjadi barang tidak berguna (unuseful).

Orang ini mau tak mau harus memanfaatkan bola bekel supaya menjadi berguna (useful). Dalam hal ini berarti harus memainkannya. Satu-satunya hambatan yang dimiliki adalah aturan main bola bekel sejak dulu sudah ditentukan, yakni melempar bola ke atas dan mengambil biji-biji yang tersedia kemudian menangkap kembali bola tersebut setelah memantul satu kali di tanah. Jika bola terlepas atau memantul lebih dari satu kali, maka pemain harus memainkan mulai dari awal. Artinya, pemain kalah.

Sekarang, bayangkan jikalau kita dapat merubah sedikit saja aturan main. Misalnya, jumlah minimal pantulan lebih dari satu. Seorang pemain pemula pun akhirnya juga dapat mendapatkan kesenangan dari bola bekel tersebut. Dia telah menjadikan bola tersebut useful. Lebih jauh lagi bayangkan ketika aturan lama sudah benar-benar ditinggalkan atau bahkan nama bola tersebut sudah bukan lagi nama bola bekel. Tentu lebih banyak kesenangan yang kita dapatkan dari sebuah bola yang dulunya bernama bola bekel.

Terkadang di dalam hidup, langkah tegar kita terhenti hanya karena hal tersebut tidak sesuai aturan. Aturan yang telah memberikan batasan-batasan bagaimana kita melangkah atau memainkan suatu peran tidak jarang justru menjadi peran itu sendiri dan langkah kita hanyalah pelengkap baginya. Kita mulai tercerabut dari visi kita sesungguhnya. Aturan mengangkangi impian kita dengan segala sanksi dan ketakutan yang disebarkan bersamaan dengan konsensus yang mengiringinnya.

Tepat karenanya, apa yang dilakukan oleh teman saya terhadap bola bekelnya. Jika kita dapat mengambil pelajaran dari situ:
Bila tidak tahu aturannya, pelajari!
Bila tahu aturannya, jalankan!
Bila tidak bisa menjalankan, buat aturan mainmu sendiri!

=d4uz=
=nyawa seroja berhunus senjata=

21 Oktober 2008

TITIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Sebagai pembuka kiranya lebih enak kalau dimulai dengan cerita-cerita dulu. Lagian kan emang udah lama nggak cerita-cerita di sini.

Alkisah ada woro-woro pemberian kesempatan untuk duduk nyaman di kursi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tentunya didahului dengan status Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pasca palu tanda sah administrasi menyatakan bahwa kita resmi punya nomor ujian.

Mundur sejenak pada pendaftaran yang memang waktu itu saya sebagai pelamar membuka peluang untuk memperluas pandang dengan melamar lebih dari satu tempat, tapi sebagai satu peran, yaitu dosen. 4 perguruan tinggi ternama di dua kota menjadi sasaran tembak.

Beberapa perguruan tinggi punya kemungkinan kans dapat dimasuki atas beberapa pertimbangan. Kata dapat dimasuki berarti memang dapat masuk, siapa saja dan dari mana saja. Seperti halnya "sesuatu yang dapat dimakan". Batu, sendal, bola, besi dan lain sebagainya barang-barang yang bahkan dengan gigi aja tidak bersahabat, juga bisa dimakan. Pertanyaannya kemudian adalah, adakah orang yang memutuskan untuk sekedar mau menjilatinya? Seperti itulah perguruan tinggi yang saya pilih untuk dijadikan pilihan, semua bisa dimasuki, hanya saja apakah kemudian saya mau untuk memasukinya.

Satu perguruan tinggi (sebut PTN 1) adalah tempat akar keilmuan saya dilahirkan, yaitu kampus tercinta dimana saya disebut alumni setelah berhasil lolos darinya. Hanya itu kekuatannya, saya adalah alumni. PTN yang lain (sebut PTN 2) menawarkan kemungkinan sedikitnya pesaing karena banyak dari pelamar yang belum memenuhi syarat administrasi untuk mendapatkan nomor peserta ujian. Di tengah jalan menimbangpun, banyak pertimbangan bahwa yang satu ini punya kepedulian yang bagus terhadap dosen dan karyawan, termasuk pengembangan kualitas SDMnya. Selain itu, ada sumringah kegirangan dari petugas penerima pendaftaran ketika nama saya berhasil masuk jadi calon kandidat. Perguruan tinggi berikutnya (sebut PTN 3) memang banyak pesaing karena tergolong mudah dalam meloloskan berkas-berkas untuk ditukar dengan beberapa digit nomor sebagai prasyarat berstatus CPNS. Sedangkan yang terakhir (sebut PTN 4) jelas punya kemungkinan besar untuk sekedar diterima karena di hari terakhir baru ada dua orang yang mendaftar. Apalagi satu competitor sudah mengharapkan dirinya untuk tidak diterima.

Keinginan besar untuk membayangkan masa depan yang baik memilih PTN 2 dengan lambaian tangan pilu untuk meninggalkan PTN tanah kelahiran (PTN 1). Apalagi kabarnya PTN 1 sudah menggandeng lulusan terbaik satu angkatan. Selain itu, merupakan tindakan berani meninggalkan PTN 4 yang kansnya lebih besar. Hanya memang, PTN 4 katanya belum begitu bagus dalam pengembangan SDMnya. Yang resmi untuk dinyatakan ditinggalkan adalah PTN 3. Perlu diketahui, semua PTN tersebut hanya membutuhkan 1 tambahan tenaga pengajar.

Kemantapan hati jatuh di PTN 2 sampai akhirnya sebuah pengalaman batin tak biasa mengembalikan pilihan dengan cepat ke kampus halaman. Hanya terpaut sekian menit keputusan berubah total. Gambaran kemudahan akan hilangnya kesulitan ketika memilih kampus sendiri mulai muncul. Kekhawatiran akan competitor sirna dengan argument tujuan luhur bahwa tidak ada ruginya ketika kita ingin kembali mengabdikan ilmu di kampus yang menjadikan kita lebih pintar, meskipun akhirnya bisa jadi tidak diterima. Itulah nilai plus yang menghilangkan kegundahan.

Pilihan adalah jalan hidup yang menyediakan kesempatan. Orang terbodoh pun bisa jadi diterima (dengan atau tanpa rekomendasi) jika memang kesempatan yang diberikan berpihak padanya. Hanya saja apakah orang terpilih tersebut mau menggunakan kesempatan tersebut untuk hidup lebih baik dan meningkatkan kualitas dirinya, belajar dan belajar. Jika kesempatan tidak perpihak, maka sebenarnya kita dirahkan untuk melihat dunia lebih luas dengan berbagai kesempatan lainnya yang lebih banyak.

Keputusan adalah persinggungan garis lurus nonlinear yang bersilangan menghasilkan bobot tertentu. Simpul-simpul pilihan akan melatih kita untuk menimbang dengan rasio dan intuisi. Semua simpul punya probabilitas yang sama, baik simpul besar atau simpul pertemuan beberapa untai garis saja. Secara rasio, semua keuntungan yang terbayang di PTN 4 yang bisa jadi lebih mudah diterima atau PTN 2 yang menggiurkan di masa depan. Namun secara nilai, keinginan untuk mengabdi adalah bagian lain dari hitung-hitungan untung rugi. Dan yang terakhir adalah permainan intuisi dengan energi murni yang memberikan jawaban bahwa tempatmu adalah di kampung halamanmu, PTN 1.

Persilangan benang pertimbangan bisa membentuk lebih dari satu simpul yang semuanya bisa memiliki bobot yang berbeda. Secara rasio, simpul terberat mempunyai pertimbangan untuk dipilih daripada simpul yang kecil. Dalam hal ini simpul yang besar adalah PTN 2 atau PTN 4. Tapi secara intuitif, semua PTN mempunyai kemungkinan yang sama. Dalam pengalaman saya, perkawinan antara rasio dan intuitif melahirkan pilihan PTN 1.

Pengambilan keputusan model seperti inilah yang saya lakukan karena hal ini melahirkan kenyamanan dan menghilangkan kegundahan. Mungkin inilah yang disebut kata hati nurani.

21 Agustus 2008

Body Percussion Sounds

Percussion instruments produce their sound when a player hits, scrapes, rubs or shakes them to produce vibrations. These techniques can also be applied to the human body. The body also presents several unique possibilities including the use of inhaled or exhaled air and vocal sounds.
Traditionally the four main body percussion sounds (in order from lowest pitch to highest in pitch) are:
Stomp: Stamping the feet against the floor or a resonant surface.
Patsch: patting either the left, right or both thighs with hands
Clapping hands together
Click: clicking with the thumb and middle fingers
However, there are numerous other possibilities include: hitting the chest, whistling, slapping or flicking the cheeks with an open mouth, clicking with the tongue against the roof of the mouth, grunting and hitting the buttocks.
Variations of sound are possible through changing the playing technique. For example, clapping the hands in various positions will affect factors such as pitch and resonance.

source:wikipedia.com




posted by Rudi Cahyono
http://rudolphcahay.blogdrive.com/

20 Agustus 2008

THE POWER OF FUSION

Peribahasa Brasil mengatakan,

“Ketika aku bermimpi sendiri, itu hanyalah sebuah mimpi. Ketika kita bermimpi bersama, itu adalah awal sebuah kenyataan. Ketika kita bekerja bersama, mengikuti mimpi kita, itu adalah penciptaan surga di dunia”

Kebersamaan merupakan penyatuan tanda. Kebersamaan menciptakan tanda dengan makna baru. Seperti penyatuan antara molekul hidrogen dan oksigen yang membentuk senyawa air (H2O). Hidrogen punya kegunaan, oksigen memiliki manfaat, akan tetapi keduanya bergabung menjadi unsur penting di dunia, air. Setiap persenyawaan adalah energi, penggabungan adalah kekuatan. Prinsipnya adalah fusi atau penggabungan. Seperti huruf membentuk kata, kata membentuk kalimat, kalimat membentuk cerita.

Sebagaimana pribahasa Brasil di atas, penyatuan mimpi melahirkan tenaga penarik yang besar dari imajinasi masa depan, begitu juga dengan penyatuan kekuatan sebagai aset masa kini. Energi fusi diwujudkan dalam bentuk dorongan ledakan yang dahsyat. Dahsyatnya energi fusi ini seperti bara api. Arah lidah api yang mendorong ke atas melawan grafitasi adalah bukti dari kekuatan penggabungan, menghasilkan energi panas dan cahaya. Arah lidah api ini bergerak menuju tempat yang sama, yaitu atas. Inilah yang disebut sebagai gerakan sinergis dari penyatuan kekuatan.

Sinergi merupakan term yang digunakan untuk menggambarkan sebuah situasi dengan hasil akhir adalah sesuatu yang lebih hebat dari penambahan bagian-bagian. Sinergi dapat juga berarti:

  • Hubungan yang mutual dimana keseluruhan lebih hebat daripada penambahan bagian-bagiannya.
  • Keadaan dinamik yang mengombinasikan aksi semua orang melebihi penambahan aksi dari masing-masing orang.
  • Perilaku dari sistem holistik tidak dapat diprediksikan dengan perilaku masing-masing bagian secara terpisah.

Penyatuan kekuatan ini seperti sebuah mozaik. Setiap orang bisa jadi mempunyai kekuatan yang beraneka ragam, tetapi semuanya bisa saling melengkapi hingga membentuk kekuatan besar yang bermakna. Mozaik juga terdiri dari gambar-gambar yang berbeda, bahkan tidak sama dalam bentuk dan warna, akan tetapi gambar-gambar tersebut bisa menjadi unsur yang saling melengkapi menciptakan satu gambaran besar yang indah. Bagaimananpun bentuk dan warnyanya, semuanya punya sumbangsih, punya andil, berguna, berpotensi, bermanfaat, berkiprah dan bergerak untuk menuju kepada visualisasi tujuan bersama.


Rudi Cahyono

http://rudolphcahay.blogdrive.com/

untuk indie-leader

03 Agustus 2008

KEKUATAN VISUALISASI

Seperti melihat film layar lebar, kita menyaksikan gambaran pikiran ketika memikirkan sesuatu. Sebagai contoh, hentikan apa yang sedang Anda lakukan sekarang, tutup mata dan pikirkan tentang rumah Anda! Apa yang Anda lihat? Apakah kata RUMAH yang muncul di layar pikiran Anda, atau image visual dari rumah Anda?
Tidak bisa dihindari, kita mengasosiasikan atau menghubungkan kata dengan image yang ditunjuk oleh kata tersebut. Setiap stimuli yang hadir akan memanggil memori visual yang tersimpan di otak kita. Karena itulah apa yang sudah pernah kita pelajari, kita alami, menjadi asset yang berguna ketika menginginkan sesuatu yang kita bayangkan. Dengan kata lain, visualisasi menyinergikan bayangan yang kita bentuk dengan kekuatan yang kita miliki.
Berikut ini adalah cara kerjanya:
Ketika Anda memvisualisasikan sebuah tujuan, Anda menginginkannya. Anda membangun jalur rekognisi dengan bank memori di otak Anda. Jika dicontohkan dengan bayangan akan rumah, Anda bisa mengingat kembali pertama kali membeli rumah, memasukinya, menata perabotan dan sebagainya.
Visualisasi memberikan dua jalan yang saling memperkuat. Satu sisi, Anda menjadi sangat sadar akan segala sesuatu yang dapat membantu mencapai keinginan yang Anda visualisasikan. Ketika Anda sangat fokus dengan image yang Anda bayangkan, setiap sel dalam tubuh Anda terlibat dalam bayangan tersebut, Anda menggetarkan dan menarik segala sesuatu ke dalam frekuensi yang harmonis antara aspek fisik dan non-fisik. Frekuensi ini bergerak ke depan dan menggerakkan semuanya menuju kepada apa yang Anda visualisasikan.
Sisi yang kedua, visualisasi menanamkan image secara kuat di benak Anda. Sesuatu yang tertanam dan mulai disimpan dalam alam bawah sadar akan menjadi hal yang tetap dan otomatis. Visualisasi berikutnya akan memanggilnya dengan cepat jika dibutuhkan. Begitu seterusnya, visualisasi mudah tertanam dan mudah dipanggil serta diperkuat.
Visualisasi punya arti luas sebagai pembentukan bayangan. Bayangan ini merupakan hasil konstruksi dari apa yang kita ciptakan untuk dilihat, didengar dan dirasakan. Ketiganya dirangkum dengan istilah pandangan. Term yang mengarah kepada apa dan bagaimana kita memandang diri, orang lain dan dunia. Jika kita memandang diri kita baik, maka kita akan bersikap dan berperilaku baik terhadap diri kita, begitu juga dengan cara pandang terhadap orang lain dan lingkungan.
Visualisasi mengandung kekuatan yang akan menarik kita kepada apa yang kita bayangkan. Dengan kata lain, apa yang kita bayangkan menjadi sumber kekuatan untuk bergerak menuju ke arahnya. Apa yang dibayangkan adalah sesuatu yang diciptakan, dalam arti belum terjadi, tetapi punya kemungkinan terjadi atau diwujudkan. Karena itulah, apa yang kita bayangkan biasanya berkaitan dengan energi penarik di masa depan. Terdapat kesesuaian dengan apa yang disebut sebagai kekuatan harapan.
Sebuah penelitian tentang pygmalion effect atau disebut juga dengan teacher-expectancy effect memberikan penjelasan tentang efek dari persepsi terhadap diri. Peneliti memberikan stimulus yang berbeda kepada dua kelas siswa. Satu kelas dikatakan sebagai sekumpulan siswa berprestasi, sedangkan di kelas yang lain tidak diberikan stimulus apapun. Hasilnya, kelas yang mendapatkan stimulus positif benar-benar menjadi kelas yang berprestasi. Stimulus positif ini merupakan harapan yang diinternalisasi oleh diri siswa. Harapan ini menjadi dasar bagaimana siswa memandang dirinya. Efek pigmalion sebenarnya dilakukan dengan memberikan stimulus berupa harapan, tetapi Saligman melakukan dengan cara yang berbeda. Ia memperjelas harapan dengan bentuk gambaran. Gambaran inilah yang disebut dengan visualisasi. Gambaran mempunyai efek internalisasi yang lebih kuat.
Gambaran tentang masa depan akan mempengaruhi bagaimana kita menuju kepadanya, mempengaruhi gairah dan berat-ringannya langkah yang dihabiskan untuk menempuhnya. Jika gambaran masa depan suram, tidak menyenangkan atau mengancam, penuh kekhawatiran dan kebencian, maka langkah kita untuk menuju ke sana juga menjadi berat, enggan dan tidak terfokus. Seperti halnya orang yang tidak suka melihat sesuatu yang buruk, maka mata akan lebih sayup, berusaha berpaling dan tidak ingin menatap keburukan tersebut. Wujud kongkrit dapat dilihat dari mata yang terpicing, menguap dan tidak tertarik. Bahasa nonverbal akan memrogramnya secara otomatis. Sebaliknya jika gambaran akan masa depan lebih cerah, menyenangkan dan memberikan harapan-harapan, maka langkah akan menjadi ringan, lebih fokus dan mata berbinar untuk tetap terjaga menatapnya.
Paling tidak ada beberapa kebijaksanaan yang berhubungan dengan masa depan. Beberapa kebijksanaan tersebut juga bisa diterjemahkan menjadi aksi dalam bentuk cara pandang, bersikap dan bertindak. Kebijakan tersebut adalah:
  • masa depan adalah hari ini. Gambaran yang jelas tentang masa depan akan menentukan bagaimana hari ini kita hidup, bersikap dan bertindak. Masa depan adalah langkah awal yang dimulai di hari ini. Gambaran tentang masa depan bersifat simultan dengan rencana dan langkah yang digunakan untuk menujunya. Jika kita tahu kita akan ke Jakarta, maka gambaran yang jelas tentang Jakarta akan menentukan perbekalan yang kita bawa. Pengetahuan yang jelas tentang Jakarta akan menjadikan kita punya pilihan akan kendaraan yang digunakan untuk menuju ke sana. Jika kita mengerti, tidak mungkin kita ke Jakarta dengan bersepeda, naik becak, andong atau kereta kelinci.
  • masa depan merupakan misteri dan penuh kemungkinan-kemungkinan. Hal ini menujukkan bahwa masa depan bersifat luas dan mengundang kita untuk menuju ke sana. Kemesteriusan masa depan ini juga menjadi keuntungan untuk memancing rasa ingin tahu dengan pembuktian. Kemisteriusan masa depan membebaskan kita untuk menciptakannya, membuat gambarannya.
  • masa depan dapat dirancang. Sesuatu yang dapat dirancang berarti dapat diwujudkan. Semakin jelas rancangan yang dibuat, maka langkah meraih atau mencapainya juga akan semakin jelas. Kejelasan ini diterjemahkan dalam bentuk fokus, ketegasan, gairah dan keterarahan.
  • masa depan dapat diciptakan. Hal ini berkaian dengan masa depan sebagai misteri. Keberanian kita untuk memunculkan, membuat dan memperkuat bayangan tentang masa depan akan menjadikan kita kreator harapan yang kita buat.
Rudi Cahyono
http://rudolphcahay.blogdrive.com/


untuk Indie Leader

17 Juli 2008

Mneumonic for Leader

Kemaren pagi saya dengan acara interaktif di radio. Seperti biasanya, memang setiap hari radio saya tidak saya matikan, dari malam sampai pagi.
Bahasannya pagi ini adalah komentar tentang kepercayaan masyarakat terhadap calon pemimpin Jawa Timur. Subpertanyaannya adalah tentang bagaimana masyarakat bisa menjadi saksi dan memegang janji para calon gubernur beserta wakilnya selama masa kampanye.
Sebenarnya persoalan ingat mengingat itu sangat menyenangkan, apalagi yang diingat kata-kata besar dari orang-orang besar. Hanya saja yang membuat jawabannya jadi spektakuler terjun bebas adalah pertanyaannya, mereka menghiasi pertanyaan sederhana tentang menyaksikan dan mengingat janji menjadi lebih rumit. Pertanyaannya dihiasi dengan ilustrasi tentang pengalaman negatif yang diekspose, yaitu banyaknya janji2 yang hanya terucap di bibir waktu kampanye dan menguap pada waktu mereka sudah dilantik. Tak pelak ilustrasi yang berbusa-busa ini juga mengundang respon negatif dari jawaban hampir semua penelpon, kecuali satu yang mengatakan, "Ya... kita belom tau kan kedepannya kayak gimana. Kita liat dulu aja. Kan perubahan bukan hanya di tangan gubernur, tapi juga dijalankan oleh seluruh masyarakatnya".
Nah sehubungan dengan ingat mengingat ini, saya teringat sebuah teknik mengingat yang disebut dengan metode meniumonic. Metode ini terdiri dari beberapa teknik mengingat: loci, story, mind map, akronim. Coba kita bahas satu persatu untuk mengingatkan masyarakat pada janji-janji kampanye dari masing-masing calon gubernur dan wakilnya.
Teknik Loci
Teknik ini merupakatan teknik menempatkan beberapa hal yang masuk dalam satu tema bahasan, misalnya tentang kesejahteraan masyarakat, kesehatan, pertanian dan sebagainya. Teknik ini dilakukan dengan cara menempatkan satu tema bahasan itu pada suatu tempat yang tepat agar otak bisa menghubungkan dengan mudah antara hal yang diingat dengan tempatnya. Kalu di konsep belajar biasanya menganalogikan atau menggunakan asosiasi.
Untuk konteks pilkada, teknik ini bisa langsung dilakukan dengan cara menempatkan program pada tempat yang tepat. Misalnya program yang berlaku untuk daerah tertentu atau untuk institusi tertentu. Ambil contoh saja program kesehatan di masyarakat banyuwangi misalnya. Jadi di lokasi yang berhubungan dengan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, posyandu, balai keshatan atau klinik, kita bisa pasang poster yang isinya program umum ca/wagub terpilih dengan program khusus kesehatan. Konteks penempatan didasarkan pada dua hal, wilayah sasaran dan program spesifiknya. Hal ini mungkin juga efektif agar semua gubernur dan wakilnya memperhatikan daerah-daerah secara merata dengan program konrit dan spesifik sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Teknik Story
Lebih enak juga jika setiap gubernur dan wakilnya, untuk menandai rasa syukur atas terpilihnya mereka, mereka menyisihkan sebagian kekayaannya untuk membuat buku cerita atau dongeng tentang visi masa depan Jawa Timur. Gubernur dan wakilnya bisa mengakomodir semua kepentingan daerah dengan cerita-cerita sesuai dengan visinya dalam sub-subcerita, sedangkan cerita umumnya atau cerita besarnya dimasukkan dalam dongeng tentang Jawa Timur. Dongeng atau cerita ini dibuat dengan gambaran yang detil sehingga tak terasa orang yang membaca sudah mencakup beberapa hal berkenaan dengan visi atau program Jawa Timur, mulai dari nama atau jenis program, tujuan, sasaran, target dan tolok ukur keberhasilan.
Teknik Mind Map
Peta pikiran digunakan untuk mempermudah dalam membuat gambaran menyeluruh dari visi dan program gubernur dan wakilnya. Peta Pikiran yang berupa gambar-gambar bagan dengan hiasan yang menggairahkan untuk tercapainya program dibuat dalam banyak bentuk, misalnya dengan kertas ukuran plano, billboard, poster atau kartu-kartu kecil yang bisa dimasukkan dompet atau saku dari masyarakat Jawa Timur. Akses internet juga bisa digunakan dengan menggunakan program Mind Manager yang di setap programnya bisa dihubungkan (link) sampai kepada rincian program.
Akronim
Bermain singkatan biasanya adalah hobi dari institusi (atau orang) untuk mempermudah pengucapan dan mengingatnya, seperti balitbang (badan penelitian dan pengembangan), ipoleksosbudhankam (ideologi ekonomi sosial budaya pertahanan dan keamanan) dan sebagainya. Oleh karen itu, bentuk peta pikiran juga bisa divariasi dengan bentuk akronim. Medianya bisa seperti yang dilakukan pada teknik peta pikiran.

Nah, sampai sejauh ini, mungkin cara ini bukan hanya menjadikan visi dan program ca/wagub menjadi tangung jawab beliau semata, tetapi juga dipikul rakyat Jawa Timur yang setiap saat juga bisa jadi pemonitor. Komitmen seluruh rakyat bahwa apa yang ada di kantong mereka, yang dilihat di perempatan jalan, yang ada di tembok gang RT dan sebagainya merupakan bagian dari pekerjaan bersama. Tambahan poster atau tulisan-tulisan yang membuat semua tergugah, masuk menjadi bagian dari pelaksana sekaligus yang menikmati hasil juga selayaknya dibuat.

Rudi Cahyono
untuk Indie-Leader
http://rudolphcahay.blogdrive.com/

04 Juli 2008

THE GOD OF SMALL ACTION

Pagi ini terbangun setelah tidur lagi pasca menunaikan ibadah. Aku lirik jam di hand phone menunjukkan pukul 05.18. Terdengar lirih suara dari radioku yang semalaman tak pernah mati. Ternyata lagu-lagu nasyid (lagu-lagu Islami) dari DeltaFMlah yang membangunkanku. Tidak sadar mulut komat-kamit mengikuti lantunan lirik yang ternyata pernah aku nyanyikan 6 tahun yang lalu, lagu dari dari Rayhan, "Berhibur".

Berhibur tiada salahnya
Kerna hiburan itu indah
Namun pabila salah memilihnya
Membuat kita jadi bersalah

Di sini kita berkumpul bersama
Menyanyikan lagu yang suci indah
Irama pujian kepada Alloh
Alunan sholawat kepada Rosul

dst dst....
Ingatan melayang seiring mulut berdendang. Di pojok ruang kelas besar Fakultas Psikologi ada seorang penabuh gendang yang dengan rancak bana memukul perkusi. Empat orang memegang mic, satu mic untuk dua orang. Satu lagi asyik mengayun tamborin dari pasir dan bekas wadah susu fermentasi. Suara syahdu menggema bukan hanya di dalam kelas, menyeruak merambat menyentuh setiap telinga.

Aku memeriksa phonebook di hp-ku. Ternyata nomor mereka masih bertengger di situ, teman-teman anggota group vokal nasyid yang dulu cukup dikenal di kampus. Group yang pernah menaklukkan kejuaraan nasional dan berada di urutan ke14 tangga lagu nasyid. Pernah juga menggemparkan hall di tengah supermall Tujungan Plasa Surabaya. Semua ingatan itu begitu indah dan sepertinya baru kemarin.

Niatan aku teruskan dengan membukan new text pada menu message di hp. Aku mengetik,

"Heri, guk,war,tyo,wahyu,ihda,aku barusan nyanyi2 nasyid ndiri. Jd ingetG-third. Kapan rekaman qt keluar?"

G-third adalah nama kelompk nasyid yang pernah kami bangun dan besarkan. Nama G-third berasal dari inisial nama kami, Gaguk, Tyo, Hery, Ihda, Rudi dan Dhana. Sementara itu Wahyu baru bergabung satu tahun setelah berdiri. Meski demikian, tidak jarang ada additional player atau featuring vocal. Dauz dan Ardi juga sering terlibat.

Setelah sms diketik, aku segera mengirimkannya. Sembari menunggu reaksi dari teman-teman, aku membaca lagi sms itu. Tiba-tiba air mata meleleh di pipi. Baru sadar jika salah satu teman yang rencanan mau aku kirimi semua telah mendahului. Tyo meninggal dunia karena kecelakaan. Beliau ditabrak kereta api tepat sebelum kita manggung untuk kejuaraan setingkat Jawa Timur.

Beberapa menit kemudian datanglah balasan dari Hery,
"He5x.Ngapain nyanyi2 sndiri? Ok rud,nti kita kOnser heboh lg. He5x"

Balasan yang lain datang dari Gaguk,
"Rudi...!!!"

Sedangkan Ihda,
"Tak terasa semua berlalu begitu cepat. I miss u all"

Bahkan Dhana,

"aQ turut prihatin atas mslh kejiwaan yg menimpamu..."

Balasan terbaru dari Wahyu,

"Iyo iyo kpn iki gawe rekamane..Sukses karir juga sukses nasyid,hehe.."

Meski tidak semua orang membalas, tapi sms tersebut telah membawa semua ingata menyatu seketika, menciptakan dialog dalam jaring-jaring jarak jauh yang tak terlihat. Pada saat yang sama semua energi terkumpul, menciptakan dialog lewat media ingatan, kenangan masa lalu.

Inilah yang dinamakan ulah kecil yang menghimpun energi. Keharuan dan romantisme yang menyatu seketika. Coba bayangkan jika efek-efek seperti ini dilakukan dalam membina hubungan rumah tanggal, persahabatan, dengan kekasih, rekan kerja, kolega, sesama aktivis organisasi. Dunia akan disatukan pada jangkar (anchor) ingatan. Hanya saja kemana ingatan itu akan kita bawa. Jika kita ingin menghimpun energi positif, maka carilah kenangan-kenangan yang menyenangkan, menggairahkan, memberi semangat. Sebarkan dan ajaklah orang lain untuk berdialog. Gunakan sekreatif mungkin dengan pertanyaan atau pernyataan yang mempunyai kekuatan emosional yang memancing reaksi. Tujulah apa yang ingin dihasilkan dari pembentukan jaringan dialog raksasa dari keusilan hal kecil. Selamat mencoba!

Kabar baik Indonesia?

Rudi Cahyono

http://rudolphcahay.blogdrive.com/

22 Juni 2008

Interaksi Tersembunyi Suporter dan Pemain

Di Balik Keberhasilan Tim Uber Indonesia

Dengan didasari rasa cinta kepada Indonesia, saya berusaha menulis ini untuk alasan “siapa tahu”. Maksudnya, saya sebagai penulis berharap tulisan ini dilirik untuk menarik perhatian agar dibaca. Membaca tulisan ini diharapkan memperoleh pemahaman dan tanggung jawab bersama untuk pencapaian prestasi Indonesia di mata dunia. Tulisan ini dibuat pas setelah tim Thomas “mengalah” kepada Korea. Dibuat dengan tergesa-gesa untuk mengejar penyelamatan dan pencapaian tim Uber membawa pulang milik kita, supremasi, lebih dari sekedar piala Thomas atau Uber.

Ketika angka terakhir telah menobatkan Korea sebagai finalis dengan dikalahkannya Taufik Hidayat oleh Lee Hyun Il, maka seluruh energi telah drastis diserap oleh seluruh pemain dan official Korea yang merayakan kemenangan. Bahkan untuk membuat tulisan ini, saya juga harus mengumpulkan sisa energi yang saya dapatkan dari tawa yang diledakkan oleh Edric dan Adul ketika membawakan kuis. Tentu saja dengan password yang tetap, “ada Tomas ada Uber, piala yang lepas ayo diuber!”. Bukan slogan itu yang membangkitkan saya untuk menulis, tetapi lawakan mereka yang berhasil menerobos barrier saya sehingga tawa bisa membangkitkan energi kembali.

Berbicara mengenai tawa, saya bersimpati terhadap pemain ganda Jerman yang sebelumnya telah ditumbangkan oleh tim Uber Indonesia dengan skor 3-1. Kedua dara Jerman tersebut sesekali tertawa, meskipun reli diakhiri dengan shuttle cock jatuh di lapangan mereka. Pada waktu itu mereka melakukannya untuk menertawakan kekurangan mereka sendiri. Juga merupakan kekaguman mereka terhadap permainan cantik telah disuguhkan oleh tim mereka dan tim Indonesia. Tawa mereka mendatangkan energi, sehingga serangan mereka beberapa kali mengancam Gresia Polii dan Joe Novita, meski pada akhirnya mereka harus menyerah pada Indonesia.

Keberhasilan tim Uber Indonesia melibas Jerman ternyata disokong oleh ekspresi mereka di setiap kemenangan, sekecil apapun itu. Tiap kali mereka berhasil mengumpulkan angka, pada saat itulah perayaan dilakukan, baik dengan berteriak “Yess!”, touch, atau mengepalkan tangan. Kebiasaan yang sama juga dilakukan oleh ganda pria Korea saat mengalahkan Markis Kido dan Hendra Setiawan. Bahkan Lee Yong Dee menari pada saat berhasil meraih angka setelah reli panjangnya mengungguli Markis Kido dan Hendra Setiawan.

Berbeda dengan Maria Kristin yang pada waktu itu ditekuk oleh tunggal Jerman, Xu Huaiwen. Maria Kristin lebih cool dalam menjalani setiap langkah permainan. Hal yang sama juga terjadi pada Sony Dwi Koencoro yang dikalahkan dengan rubber set oleh Park Sung Hwan, dan Taufik Hidayat yang takluk strict set di bawah pukulan raket Lee Hyun Il. Pada waktu itu, ketiga pemain Indonesia tersebut sangat mahal untuk melakukan perayaan jika mengalami keberhasilan. Mereka sangat jarang tersenyum, kurang ekspresif dan tidak mengirimkan gestur interaktif dengan suporter.

Padahal pada waktu dukungan diberikan oleh penonton, energi telah disalurkan kepada pemain. Bahkan pemirsa televisi yang ada di rumah pun juga melakukan hal yang sama. Untuk beberapa pemain kita, terutama Tim Uber, energi tersebut mampu diolah dan dipantulkan kembali kepada penonton dengan bermain lebih ekspresif. Lebih-lebih jika ekspresi tersebut diungkapkan untuk merayakan keberhasilan. Sorakan yang digemakan oleh superter Indonesia disalurkan dalam bentuk energi positif yang mengangkat moral pemain. Jika energi tersebut diolah dengan baik, dipadukan dengan imajinasi akan kemenangan, maka terjadi penguatan energi dengan cara resonansi. Penonton mendapatkan energinya kembali dari pemain, sehingga lebih bersemangat memberikan dukungan. Selain itu, energi yang berputar dan saling memperkuat di antara penonton juga semakin besar. Pada saat seperti inilah terjadi spiral energi menaik. Hal ini juga dimiliki dan dilakukan oleh tim China, baik Tim Thomas maupun Tim Ubernya.

Energi dari penonton bersatu dengan harapan mereka yang besar akan kemenangan. Kalau saja pemain kita, terutama Tim Thomas, mampu merespon energi dahsyat yang dikirim oleh penonton, saya yakin Tim Thomas pasti berhasil menaklukkan Korea. Memang tidak semua pemain gagal mengelola energi tersebut. Hanya saja kebetulan pemain yang diturunkan pada waktu melawan Korea adalah pemain dengan karakter yang dingin atau mungkin tenang menurut versinya tim Thomas. Coba saja amati wajah Sony Dwi Koencoro, Hendra Setiawan atau Taufik Hidayat. Apakah wajah tersebut memantulkan energi kepada suporter? Jangankan memantulkan energi, menghiburpun tidak. Malah wajah mereka nampak seperti orang cemas. Pada saat sinyal wajah dingin itu diterima oleh penonton, saat itu terjadi usaha mendisonansi energi perlahan-lahan. Untung saja penonton masih terus menggalang energi di antara mereka, sehingga masih mau bersorak. Bandingkan dengan Tim Uber yang lebih ekspresif. Meskipun saya tidak berani memastikan, tapi saya yakin ekspresi mereka mempunyai peranan besar dalam keberhasilan mereka menjadi finalis.

Selain itu, kekalahan di partai sebelumnya akan mempengaruhi sirkulasi energi pada partai berikutnya. Kebekuan ini seharusnya dipecahkan oleh pemain di partai berikutnya setelah pemain sebelumnya mengalami kekalahan. Ambil contoh saja kekalahan tunggal China Lindan atas Lee Chong Wei permainan Malaysia atau Sony Dwi Kuncoro yang berhasil digasak oleh Boonsak Ponsana dari Thailand. Untung saja Bao Chunlai, tunggal China, mampu mengalahkan Wong Chong Hann dari Malaysia, demikian juga dengan Markis Kido dan Hendra Setiawan yang berhasil menyisihkan ganda Thailand, Tesana Panvisavas dan Nuttaphon Narkthong. Atau contoh lain ketika ganda China, Cai Yun dan Fu Hai Feng, mengalahkan Koo Kien Keat dan Tan Boon Heong dari Malaysia. Keberhasilan ini akan berefek pada keberhasilan berikutnya.

Selain memang moral yang terangkat, perayaan kemenangan juga membuat keberhasilan itu berulang. Harapan yang bangkit dari diri pemain dan seluruh pendukung merupakan kekuatan bersar yang terfokus pada satu tujuan, yaitu menang. Ini yang disebut law of attraction oleh Michael J. Losier. Bertolak belakang dengan Tim Thomas yang sebagian besar digawangi oleh pemain-pemain supercool. Masih beruntung mereka punya skill yang cukup tinggi. Akan tetapi, bemain di lapangan tidak cukup hanya mengandalkan skill. Seluruh konteks pada saat permainan dilangsungkan ikut memegang peranan. Pada waktu permainan itulah atmosfir pertandingan diciptakan. Komponen personal, seperti pemain, pelatih, petugas lapangan, penonton atau supporter sangat berpengaruh. Begitu juga dengan komponen impersonal, seperti lapangan, peralatan bulu tangkis, pencahayaan juga ikut menentukan.

Jika dibandingkan dengan pertandingan yang sama di Amerika atau Negara-negara Eropa, pertandingan yang dilangsungkan di wilayah Asia punya atmosfir yang berbeda. Di negara-negara Eropa atau di Amerika, faktor skill menjadi hal utama dalam membentuk atmosfir. Jika pemain tidak mempunyai skill yang baik, maka pertandingan tidak akan menghibur. Berbeda dengan atmosfir pertandingan di wilayah Asia. Pembentuk atmosfir terbesar adalah penonton. Oleh karena itu, faktor penonton patut diperhitungkan. Penonton di Asia, terutama di Indonesia, tidak pernah putus memberikan dukungan kepada pemain mereka. Sorakan, nyanyian, bunyi terompet, menggema mengiringi jalannya pertandingan. Hal inilah yang menyebabkan penonton punya sumbangsih yang besar dalam memberikan energi dalam pertandingan, terutama energi bagi pemain yang didukungnya. Jika tidak mampu dimanajemeni dengan baik, maka energi yang dikirimkan oleh suporter tidak akan berarti lebih daripada sekedar teriakan.

Memanajemeni suporter bukan cuma mengobjekkan suporter sebagai sumber sorak sorai. Yang menjadi fokus pengolahan adalah pada energi yang mereka kirimkan. Tentu saja harus ada saling dukung antara pihak yang berkepentingan dengan energi tersebut, yaitu pemain dan penontonnya. Jika dalam diri pemain energi tidak diolah dengan baik, maka proses yang terjadi adalah disonansi energi yang menjadi spiral energi menurun sampai terjadi pemunahan (energy distiction).

Selain muatan energi, dalam sorakan penonton terdapat muatan substansi, yaitu harapan untuk menang. Kemenyatuan antara keduanya menghasilan kekuatan yang dahsyat. Pengelolaan yang baik pada diri pemain seharusnya menjadi bagian dari porsi latihan mental. Manajemen energi yang baik sebenarnya sudah terjadi secara alamiah (belum secara formal) pada Tim Uber. Seharusnya Tim Thomas belajar dari mereka. Pengelolaannya adalah dengan melakukan interaksi energi dengan penonton, yaitu merespon sinyal dari penonton dengan bermain lebih ekspresif. Jika mendapatkan kemenangan atau keberhasilan kecil, jangan ragu untuk bersorak menghadap penonton dan melakukan touch antar pemain dengan ekspresi yang ditujukan kepada penonton. Selain lebih menghibur, cara ini juga mengirimkan energi kepada penonton untuk semakin memberikan semangat.

Perayaan punya makna ganda yang juga bisa melipatgandakan keuntungan. Tuhan berjanji akan menambahkan kenikmatan terhadap sesuatu yang disyukuri. Seperti halnya orang yang tahu berterimakasih, maka yang memberi tidak akan segan untuk memberi lagi. Selain makna spiritual, perayaan sebagai rasa bersyukur juga mengangkat moral. Perayaan merupakan hadiah kecil yang diberikan secara spontan. Karena diberikan langsung, perayaan menjadi perekat yang kuat untuk mengaitkan keberhasilan dengan efek kesenangan yang ditimbulkannya. Dalam melakukan usaha selanjutnya, orang akan teringat bahwa keberhasilan bisa mendatangkan kebahagiaan. Akibatnya, energi yang ditimbulkannya juga akan semakin besar dan menjadi modal berikutnya.

Setiap elemen yang terlibat dalam suatu usaha, layak untuk ikut merayakan. Dalam permainan bulu tangkis, pemain, pelatih, penonton, manager dan semua pihak terkait juga berhak merayakan keberhasilan. Perayaan yang melibatkan semuanya dilakukan ketika keberhasilan dirayakan di luar lapangan. Hal ini pasti akan mengangkat moral pemain di laga berikutnya. Namun perayaan yang dilakukan langsung ketika mendapatkan keberhasilan-keberhasilan kecil juga sangat penting. Pada waktu di lapangan, pemain bisa melakukannya. Tentu saja hal ini akan mengangkat moral ketika menjalani pertandingan. Pada saat di lapangan, pihak yang terlibat hanya dua, pemain dan suporter. Pada saat itulah interaksi energi harus dilakukan untuk terus memompa semangat pemain, dan tentu saja semangat penonton dalam memberikan dukungan.

Karena itu, saya berharap keberhasilan Tim Uber terus berlanjut. Dengan perayaan yang dilakukan secara ekspresif, baik dalam bermain maupun merayakan keberhasilan, Tim Putri Indonesia tidak hanya menjadi finalis, tetapi juga sukses membawa pulang Piala Uber. Mudah-mudahan Tim Uber tidak ragu untuk merayakan keberhasilan, sekecil apapun, dan mampu melakukannya dengan ekspresif.
(Rudolph Cahay)