17 Juli 2008

Mneumonic for Leader

Kemaren pagi saya dengan acara interaktif di radio. Seperti biasanya, memang setiap hari radio saya tidak saya matikan, dari malam sampai pagi.
Bahasannya pagi ini adalah komentar tentang kepercayaan masyarakat terhadap calon pemimpin Jawa Timur. Subpertanyaannya adalah tentang bagaimana masyarakat bisa menjadi saksi dan memegang janji para calon gubernur beserta wakilnya selama masa kampanye.
Sebenarnya persoalan ingat mengingat itu sangat menyenangkan, apalagi yang diingat kata-kata besar dari orang-orang besar. Hanya saja yang membuat jawabannya jadi spektakuler terjun bebas adalah pertanyaannya, mereka menghiasi pertanyaan sederhana tentang menyaksikan dan mengingat janji menjadi lebih rumit. Pertanyaannya dihiasi dengan ilustrasi tentang pengalaman negatif yang diekspose, yaitu banyaknya janji2 yang hanya terucap di bibir waktu kampanye dan menguap pada waktu mereka sudah dilantik. Tak pelak ilustrasi yang berbusa-busa ini juga mengundang respon negatif dari jawaban hampir semua penelpon, kecuali satu yang mengatakan, "Ya... kita belom tau kan kedepannya kayak gimana. Kita liat dulu aja. Kan perubahan bukan hanya di tangan gubernur, tapi juga dijalankan oleh seluruh masyarakatnya".
Nah sehubungan dengan ingat mengingat ini, saya teringat sebuah teknik mengingat yang disebut dengan metode meniumonic. Metode ini terdiri dari beberapa teknik mengingat: loci, story, mind map, akronim. Coba kita bahas satu persatu untuk mengingatkan masyarakat pada janji-janji kampanye dari masing-masing calon gubernur dan wakilnya.
Teknik Loci
Teknik ini merupakatan teknik menempatkan beberapa hal yang masuk dalam satu tema bahasan, misalnya tentang kesejahteraan masyarakat, kesehatan, pertanian dan sebagainya. Teknik ini dilakukan dengan cara menempatkan satu tema bahasan itu pada suatu tempat yang tepat agar otak bisa menghubungkan dengan mudah antara hal yang diingat dengan tempatnya. Kalu di konsep belajar biasanya menganalogikan atau menggunakan asosiasi.
Untuk konteks pilkada, teknik ini bisa langsung dilakukan dengan cara menempatkan program pada tempat yang tepat. Misalnya program yang berlaku untuk daerah tertentu atau untuk institusi tertentu. Ambil contoh saja program kesehatan di masyarakat banyuwangi misalnya. Jadi di lokasi yang berhubungan dengan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, posyandu, balai keshatan atau klinik, kita bisa pasang poster yang isinya program umum ca/wagub terpilih dengan program khusus kesehatan. Konteks penempatan didasarkan pada dua hal, wilayah sasaran dan program spesifiknya. Hal ini mungkin juga efektif agar semua gubernur dan wakilnya memperhatikan daerah-daerah secara merata dengan program konrit dan spesifik sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Teknik Story
Lebih enak juga jika setiap gubernur dan wakilnya, untuk menandai rasa syukur atas terpilihnya mereka, mereka menyisihkan sebagian kekayaannya untuk membuat buku cerita atau dongeng tentang visi masa depan Jawa Timur. Gubernur dan wakilnya bisa mengakomodir semua kepentingan daerah dengan cerita-cerita sesuai dengan visinya dalam sub-subcerita, sedangkan cerita umumnya atau cerita besarnya dimasukkan dalam dongeng tentang Jawa Timur. Dongeng atau cerita ini dibuat dengan gambaran yang detil sehingga tak terasa orang yang membaca sudah mencakup beberapa hal berkenaan dengan visi atau program Jawa Timur, mulai dari nama atau jenis program, tujuan, sasaran, target dan tolok ukur keberhasilan.
Teknik Mind Map
Peta pikiran digunakan untuk mempermudah dalam membuat gambaran menyeluruh dari visi dan program gubernur dan wakilnya. Peta Pikiran yang berupa gambar-gambar bagan dengan hiasan yang menggairahkan untuk tercapainya program dibuat dalam banyak bentuk, misalnya dengan kertas ukuran plano, billboard, poster atau kartu-kartu kecil yang bisa dimasukkan dompet atau saku dari masyarakat Jawa Timur. Akses internet juga bisa digunakan dengan menggunakan program Mind Manager yang di setap programnya bisa dihubungkan (link) sampai kepada rincian program.
Akronim
Bermain singkatan biasanya adalah hobi dari institusi (atau orang) untuk mempermudah pengucapan dan mengingatnya, seperti balitbang (badan penelitian dan pengembangan), ipoleksosbudhankam (ideologi ekonomi sosial budaya pertahanan dan keamanan) dan sebagainya. Oleh karen itu, bentuk peta pikiran juga bisa divariasi dengan bentuk akronim. Medianya bisa seperti yang dilakukan pada teknik peta pikiran.

Nah, sampai sejauh ini, mungkin cara ini bukan hanya menjadikan visi dan program ca/wagub menjadi tangung jawab beliau semata, tetapi juga dipikul rakyat Jawa Timur yang setiap saat juga bisa jadi pemonitor. Komitmen seluruh rakyat bahwa apa yang ada di kantong mereka, yang dilihat di perempatan jalan, yang ada di tembok gang RT dan sebagainya merupakan bagian dari pekerjaan bersama. Tambahan poster atau tulisan-tulisan yang membuat semua tergugah, masuk menjadi bagian dari pelaksana sekaligus yang menikmati hasil juga selayaknya dibuat.

Rudi Cahyono
untuk Indie-Leader
http://rudolphcahay.blogdrive.com/

Tidak ada komentar: