03 Agustus 2008

KEKUATAN VISUALISASI

Seperti melihat film layar lebar, kita menyaksikan gambaran pikiran ketika memikirkan sesuatu. Sebagai contoh, hentikan apa yang sedang Anda lakukan sekarang, tutup mata dan pikirkan tentang rumah Anda! Apa yang Anda lihat? Apakah kata RUMAH yang muncul di layar pikiran Anda, atau image visual dari rumah Anda?
Tidak bisa dihindari, kita mengasosiasikan atau menghubungkan kata dengan image yang ditunjuk oleh kata tersebut. Setiap stimuli yang hadir akan memanggil memori visual yang tersimpan di otak kita. Karena itulah apa yang sudah pernah kita pelajari, kita alami, menjadi asset yang berguna ketika menginginkan sesuatu yang kita bayangkan. Dengan kata lain, visualisasi menyinergikan bayangan yang kita bentuk dengan kekuatan yang kita miliki.
Berikut ini adalah cara kerjanya:
Ketika Anda memvisualisasikan sebuah tujuan, Anda menginginkannya. Anda membangun jalur rekognisi dengan bank memori di otak Anda. Jika dicontohkan dengan bayangan akan rumah, Anda bisa mengingat kembali pertama kali membeli rumah, memasukinya, menata perabotan dan sebagainya.
Visualisasi memberikan dua jalan yang saling memperkuat. Satu sisi, Anda menjadi sangat sadar akan segala sesuatu yang dapat membantu mencapai keinginan yang Anda visualisasikan. Ketika Anda sangat fokus dengan image yang Anda bayangkan, setiap sel dalam tubuh Anda terlibat dalam bayangan tersebut, Anda menggetarkan dan menarik segala sesuatu ke dalam frekuensi yang harmonis antara aspek fisik dan non-fisik. Frekuensi ini bergerak ke depan dan menggerakkan semuanya menuju kepada apa yang Anda visualisasikan.
Sisi yang kedua, visualisasi menanamkan image secara kuat di benak Anda. Sesuatu yang tertanam dan mulai disimpan dalam alam bawah sadar akan menjadi hal yang tetap dan otomatis. Visualisasi berikutnya akan memanggilnya dengan cepat jika dibutuhkan. Begitu seterusnya, visualisasi mudah tertanam dan mudah dipanggil serta diperkuat.
Visualisasi punya arti luas sebagai pembentukan bayangan. Bayangan ini merupakan hasil konstruksi dari apa yang kita ciptakan untuk dilihat, didengar dan dirasakan. Ketiganya dirangkum dengan istilah pandangan. Term yang mengarah kepada apa dan bagaimana kita memandang diri, orang lain dan dunia. Jika kita memandang diri kita baik, maka kita akan bersikap dan berperilaku baik terhadap diri kita, begitu juga dengan cara pandang terhadap orang lain dan lingkungan.
Visualisasi mengandung kekuatan yang akan menarik kita kepada apa yang kita bayangkan. Dengan kata lain, apa yang kita bayangkan menjadi sumber kekuatan untuk bergerak menuju ke arahnya. Apa yang dibayangkan adalah sesuatu yang diciptakan, dalam arti belum terjadi, tetapi punya kemungkinan terjadi atau diwujudkan. Karena itulah, apa yang kita bayangkan biasanya berkaitan dengan energi penarik di masa depan. Terdapat kesesuaian dengan apa yang disebut sebagai kekuatan harapan.
Sebuah penelitian tentang pygmalion effect atau disebut juga dengan teacher-expectancy effect memberikan penjelasan tentang efek dari persepsi terhadap diri. Peneliti memberikan stimulus yang berbeda kepada dua kelas siswa. Satu kelas dikatakan sebagai sekumpulan siswa berprestasi, sedangkan di kelas yang lain tidak diberikan stimulus apapun. Hasilnya, kelas yang mendapatkan stimulus positif benar-benar menjadi kelas yang berprestasi. Stimulus positif ini merupakan harapan yang diinternalisasi oleh diri siswa. Harapan ini menjadi dasar bagaimana siswa memandang dirinya. Efek pigmalion sebenarnya dilakukan dengan memberikan stimulus berupa harapan, tetapi Saligman melakukan dengan cara yang berbeda. Ia memperjelas harapan dengan bentuk gambaran. Gambaran inilah yang disebut dengan visualisasi. Gambaran mempunyai efek internalisasi yang lebih kuat.
Gambaran tentang masa depan akan mempengaruhi bagaimana kita menuju kepadanya, mempengaruhi gairah dan berat-ringannya langkah yang dihabiskan untuk menempuhnya. Jika gambaran masa depan suram, tidak menyenangkan atau mengancam, penuh kekhawatiran dan kebencian, maka langkah kita untuk menuju ke sana juga menjadi berat, enggan dan tidak terfokus. Seperti halnya orang yang tidak suka melihat sesuatu yang buruk, maka mata akan lebih sayup, berusaha berpaling dan tidak ingin menatap keburukan tersebut. Wujud kongkrit dapat dilihat dari mata yang terpicing, menguap dan tidak tertarik. Bahasa nonverbal akan memrogramnya secara otomatis. Sebaliknya jika gambaran akan masa depan lebih cerah, menyenangkan dan memberikan harapan-harapan, maka langkah akan menjadi ringan, lebih fokus dan mata berbinar untuk tetap terjaga menatapnya.
Paling tidak ada beberapa kebijaksanaan yang berhubungan dengan masa depan. Beberapa kebijksanaan tersebut juga bisa diterjemahkan menjadi aksi dalam bentuk cara pandang, bersikap dan bertindak. Kebijakan tersebut adalah:
  • masa depan adalah hari ini. Gambaran yang jelas tentang masa depan akan menentukan bagaimana hari ini kita hidup, bersikap dan bertindak. Masa depan adalah langkah awal yang dimulai di hari ini. Gambaran tentang masa depan bersifat simultan dengan rencana dan langkah yang digunakan untuk menujunya. Jika kita tahu kita akan ke Jakarta, maka gambaran yang jelas tentang Jakarta akan menentukan perbekalan yang kita bawa. Pengetahuan yang jelas tentang Jakarta akan menjadikan kita punya pilihan akan kendaraan yang digunakan untuk menuju ke sana. Jika kita mengerti, tidak mungkin kita ke Jakarta dengan bersepeda, naik becak, andong atau kereta kelinci.
  • masa depan merupakan misteri dan penuh kemungkinan-kemungkinan. Hal ini menujukkan bahwa masa depan bersifat luas dan mengundang kita untuk menuju ke sana. Kemesteriusan masa depan ini juga menjadi keuntungan untuk memancing rasa ingin tahu dengan pembuktian. Kemisteriusan masa depan membebaskan kita untuk menciptakannya, membuat gambarannya.
  • masa depan dapat dirancang. Sesuatu yang dapat dirancang berarti dapat diwujudkan. Semakin jelas rancangan yang dibuat, maka langkah meraih atau mencapainya juga akan semakin jelas. Kejelasan ini diterjemahkan dalam bentuk fokus, ketegasan, gairah dan keterarahan.
  • masa depan dapat diciptakan. Hal ini berkaian dengan masa depan sebagai misteri. Keberanian kita untuk memunculkan, membuat dan memperkuat bayangan tentang masa depan akan menjadikan kita kreator harapan yang kita buat.
Rudi Cahyono
http://rudolphcahay.blogdrive.com/


untuk Indie Leader

1 komentar:

Anonim mengatakan...

ternyata antara visualisasi dan melamun itu jaraknya tipis amat ya…
adalah lebih baik bila visualisasi itu dikonkritkan dalam bentuk tulisan berjudul “planning”, tentu lebih bisa diukur; apakah yg sedang dipikirkan adalah visualisasi atau lamunan?
salam kenal… :)